Ket. Gambar: Fatma sedang bekerja sebagai Resepsionis

Dewa Ayu Fatma, akrab disapa Fatma, adalah salah satu pengguna DNetwork yang berhasil mendapatkan pekerjaan melalui platform ini. Fatma berbagi kisahnya tentang keinginannya bekerja di kantor pemerintahan, tetapi dia merasa tidak percaya diri karena disabilitasnya sebagai pengguna kursi roda. Stigma yang ada membuatnya ragu akan diterima bekerja. Namun, sebagai ibu dari satu anak, Fatma merasa perlu bekerja untuk menopang kebutuhan rumah tangganya.

Fatma tidak pernah berputus asa dan percaya bahwa melalui DNetwork, dia akan mendapatkan peluang pelatihan dan informasi lowongan kerja. Setelah mengikuti program magang DNetwork di KitaBisaDesign, Fatma melamar posisi Content Writer di OJK melalui informasi yang dipublikasikan oleh DNetwork. Setelah melalui proses rekrutmen, Fatma akhirnya diterima bekerja di OJK Bali sebagai Content Writer dan juga dipercaya untuk mengelola resepsionis.

"Terima kasih DNetwork sudah membantu Fatma mendapatkan pekerjaan dan membuat Fatma lebih percaya diri untuk masuk ke dunia kerja. Semoga DNetwork dapat membantu lebih banyak lagi teman-teman disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan.”

Tetap terhubung dengan DNetwork untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai cerita kerja dan program-program kami yang lainnya.

Banyak perusahaan sekarang mulai bangga menyebut diri mereka “inklusif”. Di media sosial, kita sering lihat postingan dengan tagar #DiversityAndInclusion atau #EveryoneCanWork. Tapi, di balik kampanye yang bagus itu, pertanyaannya sederhana: apakah inklusi itu benar-benar sudah dijalankan, atau baru sampai di caption?

Inklusi bukan sekadar tren yang harus diikuti agar terlihat modern atau progresif. Ia adalah cerminan nilai yang paling dasar, bahwa setiap orang, tanpa terkecuali, berhak punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi. Termasuk teman-teman dengan disabilitas.

Inklusi Itu Bukan Bonus, Tapi Dasar

Masih banyak HR yang melihat perekrutan pekerja disabilitas sebagai “tambahan sosial” — sesuatu yang bagus kalau dilakukan, tapi tidak wajib. Padahal, justru di situlah letak kesalahpahaman terbesar. Memberi kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas bukan bentuk belas kasihan, tapi bentuk keadilan.

Teman disabilitas memiliki kemampuan, kreativitas, dan semangat kerja yang sama seperti siapa pun. Yang sering jadi hambatan bukan kurangnya kemampuan, melainkan kurangnya kesempatan dan akses. Jadi, inklusi bukan soal siapa yang “boleh” bekerja, tapi bagaimana kita bisa menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan semua orang bekerja dengan nyaman dan produktif.

Mulai dari Hal yang Sederhana

Buat perusahaan atau HR, langkah menuju inklusi nggak harus langsung besar. Kadang perubahan kecil justru punya dampak besar. Misalnya:

  • Menulis deskripsi pekerjaan yang jelas dan ramah disabilitas.
  • Memberi opsi fleksibilitas dalam jam kerja atau penyesuaian alat kerja.
  • Mengadakan pelatihan singkat untuk seluruh tim agar paham cara berinteraksi dan berkolaborasi dengan rekan disabilitas.
  • Memastikan kantor, ruang meeting, dan materi komunikasi digital bisa diakses oleh semua orang.

Langkah-langkah kecil ini mungkin terlihat sederhana, tapi buat seseorang dengan disabilitas, bisa jadi itu perbedaan antara “tidak bisa ikut” dan “akhirnya bisa punya tempat”.

Inklusi yang Tulus, Bukan Formalitas

Banyak program inklusi gagal karena dilakukan hanya untuk memenuhi target CSR atau mendapatkan penghargaan. Tapi inklusi sejati lahir dari niat tulus untuk membuka ruang. Nggak apa-apa kalau perusahaan belum sempurna. Yang penting, ada keinginan untuk belajar dan terus memperbaiki diri.

Mungkin butuh waktu, butuh penyesuaian, bahkan butuh keberanian untuk mencoba hal baru. Tapi setiap langkah kecil itu punya arti besar. Ketika HR benar-benar mendengarkan, memahami, dan memberi ruang bagi pekerja disabilitas, perusahaan bukan cuma jadi lebih inklusif — tapi juga lebih manusiawi.

Kenapa Ini Penting Sekarang?

Generasi muda kini lebih memilih bekerja di tempat yang punya nilai. Mereka ingin bergabung dengan perusahaan yang bukan hanya cari untung, tapi juga peduli pada dampak sosialnya. Artinya, inklusi bukan cuma “hal baik untuk dilakukan”, tapi juga jadi daya tarik bagi talenta muda. Budaya kerja yang inklusif bikin orang merasa dihargai, aman, dan bisa jadi diri sendiri.

Selain itu, banyak riset menunjukkan bahwa tim yang beragam dan inklusif justru lebih inovatif dan produktif. Jadi, inklusi bukan sekadar kebaikan sosial — tapi juga strategi bisnis yang cerdas.

❤️ Dear HR…

Coba lihat lagi tim di kantor. Mungkin ada banyak posisi yang bisa diisi oleh teman disabilitas — kalau saja kita membuka pintu dan menyesuaikan cara kerja sedikit saja. Inklusi bukan proyek jangka pendek, dan bukan juga “bonus” untuk dipamerkan. Ini tanggung jawab bersama — dimulai dari HR, lalu menyebar ke seluruh budaya perusahaan.

Karena inklusi sejati bukan tentang siapa yang kita rekrut, tapi bagaimana kita memperlakukan mereka setelah bergabung. Di dunia kerja yang terus berubah, nilai kemanusiaan seperti inilah yang seharusnya jadi fondasi utama.

Membangun Dunia Kerja yang Inklusif

Ketenagakerjaan inklusif kini menjadi perhatian utama di Indonesia. Dengan meningkatnya kesadaran dan dukungan kebijakan pemerintah, semakin banyak organisasi yang menyadari bahwa mempekerjakan penyandang disabilitas bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga langkah strategis bisnis.
Tempat kerja yang inklusif menciptakan inovasi, produktivitas, dan rasa kebersamaan yang lebih kuat.

Berikut lima fakta penting tentang bagaimana inklusi disabilitas membentuk masa depan dunia kerja di Indonesia.

1. Kuota 1% untuk Perusahaan Swasta

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, perusahaan swasta dengan lebih dari 100 karyawan wajib menyediakan setidaknya 1% posisi kerja bagi penyandang disabilitas.
Kebijakan ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberagaman dan kesetaraan di tempat kerja.

2. Kuota 2% untuk Instansi Pemerintah dan BUMN

Instansi pemerintah dan BUMN memiliki tanggung jawab lebih besar — mereka wajib membuka minimal 2% formasi pekerjaan bagi penyandang disabilitas.
Kebijakan ini menegaskan bahwa sektor publik harus menjadi teladan dalam mewujudkan dunia kerja yang setara dan inklusif.

3. Karyawan Disabilitas Terbukti Produktif dan Loyal

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa karyawan disabilitas memiliki tingkat produktivitas dan loyalitas yang sama — bahkan lebih tinggi dibandingkan rekan nondisabilitas.
Ketangguhan, etos kerja, dan kemampuan beradaptasi yang kuat menjadikan mereka aset berharga bagi organisasi inklusif.4. Proses Wawancara Bisa Lebih Fleksibel

Inklusi dimulai sejak proses rekrutmen. Wawancara kerja dapat dilakukan dalam berbagai format — tertulis, video, atau dengan pendamping — sebagai bentuk reasonable accommodation.
Fleksibilitas ini memastikan setiap kandidat memiliki kesempatan yang adil untuk menampilkan kemampuan terbaiknya.

5. Karier untuk Semua

Penyandang disabilitas kini memiliki peluang berkarier di berbagai sektor, mulai dari perhotelan dan desain hingga analisis data dan teknologi informasi.
Hal ini membuktikan bahwa kemampuan seseorang tidak ditentukan oleh keterbatasan, melainkan oleh kesempatan yang diberikan.

Menuju Masa Depan yang Lebih Inklusif

Ketenagakerjaan inklusif bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga strategi untuk membangun tempat kerja yang kuat, empatik, dan berkelanjutan.
Dengan memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas, perusahaan dapat meningkatkan inovasi sekaligus memperkuat dampak sosialnya.

Mari bersama-sama menciptakan masa depan di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk tumbuh, berkontribusi, dan berprestasi.

Hai Sobat DNetwork! 👋

Pernah dengar istilah aksesibilitas di tempat kerja? Nah, persoalan aksesibilitas ini bukan cuma soal membangun jalur kursi roda atau menyediakan teknologi bantu, tapi tentang menciptakan lingkungan kerja yang adil, nyaman, dan mendukung semua orang—termasuk pekerja penyandang disabilitas.
Tentunya masih banyak perusahaan yang berpikir kalau menyediakan aksesibilitas itu “ribet” atau “biaya tambahan”. Padahal kenyataannya, ada banyak sekali keuntungan yang bisa dirasakan perusahaan kalau serius menerapkan aksesibilitas. Yuk, kita bahas satu per satu!

✨ 1. Kinerja lebih maksimal
Ketika pekerja penyandang disabilitas diberi akses yang memadai—entah itu teknologi bantu, ruang kerja ramah akses, atau prosedur yang inklusif—mereka bisa menunjukkan performa terbaik. Hasil kerja jadi maksimal dan target perusahaan tetap tercapai. Potensi mereka tidak kalah dengan pekerja lain, hanya perlu akses yang setara.

✨ 2. Tim kerja lebih beragam dan kreatif
Dengan adanya akses, pekerja disabilitas bisa berkontribusi penuh. Artinya, perusahaan punya tim kerja yang lebih beragam, dengan sudut pandang berbeda yang memperkaya ide-ide. Keberagaman ini justru membuat perusahaan lebih adaptif dan inovatif dalam menghadapi tantangan bisnis.

✨ 3. Patuh hukum dan hindari cap diskriminasi
Menyediakan aksesibilitas juga berarti perusahaan mematuhi undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku. Selain itu, perusahaan tidak akan dicap sebagai tempat kerja yang diskriminatif. Jadi, ini bukan hanya langkah etis, tapi juga langkah legal yang tepat.

✨ 4. Reputasi sebagai perusahaan inklusif
Di era sekarang, reputasi sangat penting. Perusahaan yang inklusi punya citra positif di mata publik. Masyarakat, mitra, hingga calon karyawan akan melihat perusahaan tersebut sebagai tempat yang ramah, modern, dan peduli pada keadilan.

✨ 5. Lebih memahami konsumen
Faktanya, penyandang disabilitas juga adalah konsumen, pelanggan, atau bahkan pengguna layanan perusahaan kita. Dengan menyediakan aksesibilitas di internal, perusahaan sekaligus belajar memahami kebutuhan konsumen. Hasilnya, layanan dan produk bisa lebih relevan dan ramah bagi semua kalangan.

✨ 6. Budaya empati dan saling menghargai
Perusahaan inklusi biasanya punya tingkat empati tinggi karena terbiasa menghargai perbedaan. Budaya kerja pun jadi lebih sehat: tim saling mendukung, menghargai, dan loyalitas karyawan meningkat.

Jadi, Sobat DNetwork, menyediakan aksesibilitas itu bukan beban, tapi investasi jangka panjang. Perusahaan yang inklusi akan tumbuh lebih kuat, lebih kreatif, dan punya daya saing tinggi.
👉 Yuk, mulai sekarang kita dukung aksesibilitas di tempat kerja. Karena semua orang berhak punya kesempatan yang sama untuk berkembang.

Mari bergabung bersama DNetwork agar Perusahaan Sobat Inklusi melalui program edukasi dari DNetwork.