Photo caption: Screenshot from one of the Aku Mampu webinar series.

 

The “I Can” program initiated by DNetwork - the Disability Network focuses on helping people with disabilities to develop skills according to current career opportunities. Through “I Can”, we want to ensure that participants are qualified to get quality jobs, more resilient in the face of an ever-changing job market, and have the entrepreneurial mindset and creativity to survive in all situations.

Supported by the Australian Direct Aid Program since 2018 and also the Inspirasia Foundation, the “I Can” program series consists of mindset training, skill training (English, Digital Business, Content Writing), and entrepreneurial training and support in Aku Cab Do Business. More than 200 people with disabilities also participated in the I Can program series which was carried out from January to May 2022. Among them there are 6 businesses that have also been given training and capital through I Can Do Bussiness.

I Can Digital Marketing
As part of Digital Marketing, we decided to adapt the training to focus on digital business consultants. This intensive training is part of the priority in the education program. The goal is that the selected training participants can take part in internship after completing the training program. As it leads to a hands-on internship program, this is in line with our mission to increase employment rates for people with disabilities.


We also held a webinar for MSMEs to acknowledge them by “Hiring Their First Disabled Employee” and tell them that we are running a Digital Business program for people with disabilities and can be invited to contribute and give them experience in their own company. A total of 7 participants were selected for internships in companies to become their digital business consultants.


Each session was attended by approximately 40 participants and they were very enthusiastic, shown by the way they asked questions, shared experiences, etc. At the end of the session, we also shared their internship experiences and we created a shareable module which contains a summary of the entire training session. This is done to ensure the sustainability of the impact of our program; we want knowledge to reach more people than just those who attend training sessions on Zoom.

I Can Speak English
The number of applicants for this program is quite large; more than 100 people. We have 20 participants selected for a three-month English course, which is taught by a certified English teacher in Indonesia from After School English. The participants were placed in three different groups, each group consisting of participants with the same type of disability and the same level of understanding of English. This is done to ensure the effectiveness of the whole learning process. Participants are required to take an English test before the session starts and at the end of the program they will do it again, so that we can see the improvement in their English skills. Due to the high demand for special classes for Deaf Friends, we decided to open one and provide Sign Language Translator for all sessions.

I Can Write Content
This training starts in April 2022 and we need friends with disabilities. In this training, we focus more on citizen journalism training where the trainees can write journalistic articles that are not only creative and informative but also have economic value. In this training, we collaborated with BaleBengong.com, Bali's leading citizen journalism platform. From this training, participants also get the opportunity to become freelance contributors both on the BaleBengong platform and also as freelance contributors for DNetwork.

I Can Work in the Digital Age
This training is provided to support the ability of friends with disabilities to be able to compete in the digital job market. The material we provide is related to Job Potential as a Freelancer, Applying Basic Communication Skills, Self-Management and Improving Professional Attitudes, Exploring Equal Rights of Workers, and Preparing Job Applications and Interview Tests.

We believe that if friends with disabilities can be given training that suits the needs of today's companies, their potential to be absorbed in the job market will also be greater. This will certainly be a good starting line, both in understanding the requirements to enter the workforce and deciding to become a freelancer. In this activity, DNetwork hopes that the training participants will have high hopes and enthusiasm for creativity.

I Can Do Business
To accommodate the need to improve the entrepreneurial skills of business owners with disabilities, we held a series of entrepreneurship support sessions. The response from the community was very positive. We have over 100 applicants and we held four sessions with BEDO (Bali Export Development Organization), an Indonesian organization focused on maximizing local Micro, Small and Medium Enterprises, to discuss the following themes:
Entrepreneurial Mindset, Business Planning and Prototyping, Brand and Product Development, Marketing 101, Financial Literacy

After getting the five workshops, the training participants were assigned to make a financial business plan and the best 6 were selected to get seed funding. A total of 6 selected people received business capital assistance/seed funding of Rp. 2,000,000 who can develop their business for the better. Not only that, the participants were also given mentoring sessions to finalize their business plans to be more effective and sustainable.

Ableism di kantor itu sering banget hadir dalam bentuk yang halus, sehalus sutra, tapi nusuknya kayak paku. Bukan selalu komentar jahat atau diskriminasi terang-terangan. Kadang, bentuknya cuma kalimat kecil yang dilontarkan sambil lalu, tatapan yang terlalu lama, atau nada bicara yang penuh asumsi. Dan meski kecil, dampaknya bisa besar banget.

Di banyak perusahaan, masih ada budaya diam soal disabilitas. Orang berpikir mereka sudah “baik” karena tidak mem-bully siapa pun. Padahal, ableism bukan soal siapa yang jahat tapi soal sistem dan kebiasaan yang membuat penyandang disabilitas harus kerja dua kali lebih keras untuk mendapatkan perlakuan yang sama.

Misalnya, komentar seperti “Kamu yakin bisa pegang project besar?” atau “Nanti kalau kamu kecapean gimana?” yang terdengar seperti perhatian, tapi sebenarnya mempertanyakan kemampuan seseorang. Atau saat karyawan disabilitas dianggap “inspiratif” hanya karena melakukan pekerjaan yang sama dengan semua orang. Itu bukan pujian, itu merendahkan secara halus.

Dan yang sering dilupakan: nggak semua disabilitas itu kelihatan. Banyak orang di kantor yang punya kondisi yang tidak mereka ceritakan ke siapa pun, mulai dari autism, ADHD, dyslexia, gangguan pendengaran ringan, sampai chronic pain dan kondisi mental. Jadi ketika perusahaan merasa “kayaknya kita nggak punya karyawan disabilitas”, biasanya itu bukan karena mereka nggak ada. Tapi karena mereka nggak merasa aman untuk terbuka.

Ableism juga bisa muncul dari sistem kerja yang nggak mikirin aksesibilitas. Ruang meeting tanpa caption, kantor yang cuma bisa diakses lewat tangga, alat kerja yang nggak ramah screen reader, atau job posting yang pakai bahasa kriteria fisik yang sebenarnya nggak relevan. Semua itu bikin orang disabilitas bener-bener merasa, “Tempat ini bukan untuk gue.”

Dan efeknya? Nggak kecil. Microaggression yang diulang setiap hari bikin orang capek, mikir berkali-kali kalau mau speak up, merasa keberadaannya merepotkan orang lain, atau bahkan mempertimbangkan resign. Perusahaan akhirnya kehilangan talent bagus bukan karena mereka nggak kompeten, tapi karena lingkungan kerjanya gagal jadi tempat yang aman.

Kalau benar-benar ingin jadi kantor yang inklusif, langkah pertamanya sederhana: berhenti sok tahu. Daripada nebak-nebak apa yang orang butuhkan, lebih baik tanya. Dengarkan tanpa defensif. Terima bahwa kebutuhan orang berbeda, dan itu bukan masalah. Tunjukkan kepedulian lewat aksi sehari-hari, bukan cuma lewat perayaan Hari Disabilitas Internasional.

Inklusi disabilitas juga bukan pekerjaan yang hanya ditanggung HR. Ini budaya. Cara tim bekerja. Cara atasan bersikap. Cara perusahaan membangun ruang untuk semua orang. Ketika pemimpin membiarkan komentar ableist lolos begitu saja, pesan yang sampai ke tim adalah: “It’s fine.” Tapi ketika pemimpin berani bilang, “Eh, itu nggak oke,” budaya mulai berubah.

Pada akhirnya, inklusi bukan acara tahunan, bukan kampanye branding, dan bukan tugas PR. Inklusi adalah pilihan yang kita buat setiap hari—cara kita ngomong, cara kita mendengarkan, dan cara kita menghargai orang tanpa pakai kacamata asumsi.

Dan kalau perusahaan ingin tetap relevan, kompetitif, dan manusiawi, ada satu kalimat yang harusnya sudah jadi standar:
Ableism? Di sini udah nggak main kayak gitu.

Hai Sobat DNetwork! 👋

 

Pernahkah terlintas pemikiran seperti ini?

“Kita mulai dulu dari mempekerjakan disabilitas yang kebutuhannya sederhana, setelahnya baru mencoba yang lain.

 

Mungkin pendapat seperti ini bisa saja terlintas Ketika kita belum memahami kemampuan Penyandang Disabilitas. Banyak perusahaan yang sebenarnya sudah memiliki niat baik untuk membuka peluang kerja bagi penyandang Disabilitas, tetapi masih mencari cara memulai yang terasa aman dan sesuai dengan kesiapan fasilitas.

 

Biasanya karena belum terbayang, kadang terlintas ide untuk memulai dari posisi yang sudah memiliki dukungan aksesibilitas dasar atau yang dapat diakomodasi dengan cepat.

itu langkah yang mungkin bisa dilakukan, Namun, penting diingat bahwa inklusi tidak berhenti di sana saja.

Dunia kerja yang benar-benar inklusif adalah ketika perusahaan membuka peluang bagi semua penyandang disabilitas, dengan Istilah seperti “disabilitas ringan”, “sedang”, atau “berat” sebenarnya tidak menggambarkan kemampuan seseorang, melainkan perbedaan dalam kebutuhan aksesibilitas.

Artinya, setiap individu memiliki kekuatan dan potensi masing-masing—yang mungkin hanya membutuhkan cara atau alat bantu berbeda untuk bisa bekerja maksimal.

 

Contohnya, ada yang bekerja lebih nyaman dengan bantuan teknologi seperti pembaca layar, ada yang memerlukan ruang kerja yang dapat diakses dengan kursi roda, atau dukungan komunikasi visual.

Dengan penyesuaian yang tepat, semua penyandang disabilitas bisa berkontribusi secara optimal sesuai bidang dan keahliannya.

Yang membedakan hanyalah bagaimana perusahaan menyiapkan dukungan dan lingkungan yang memungkinkan semua orang bekerja dengan nyaman dan setara.

 

Mengapa Keberagaman Disabilitas Menguntungkan Perusahaan?

 

Memiliki karyawan disabilitas dengan beragam kebutuhan akses bukan hanya langkah, tapi juga strategi bisnis yang cerdas.

Berikut beberapa manfaat nyata yang bisa dirasakan perusahaan:

 

  1. Menumbuhkan Empati dan Kolaborasi yang Lebih Kuat

 

Ketika tim bekerja bersama rekan dengan kebutuhan akses yang beragam, Tim akan belajar tentang arti kerja sama, saling menghargai, dan memahami perbedaan. Bayangkan jika Penyandang Disabilitas dengan beragam alat bantu saling berkolaborasi dalam menyelesaikan suatu projek di Perusahaan.

Budaya ini menumbuhkan empati, memperkuat solidaritas, dan membuat suasana kerja menjadi inklusi.

 

  1. Memicu Inovasi dan Solusi Kreatif

 

Kebutuhan aksesibilitas sering mendorong perusahaan untuk berinovasi agar tercipta lingkungan kerja yang inklusi. Karena ketika kita mengetahui apa yang dibutuhkan pekerja Penyandang Disabilitas misalnya Mulai dari penggunaan perangkat lunak pembaca layar, desain ruang kerja yang bisa diakses dengan baik, cara komunikasi yang inklusi, hingga sistem kerja jarak jauh, semua itu dapat menciptakan inovasi baru yang manfaatnya justru dirasakan oleh seluruh karyawan, bukan hanya penyandang disabilitas.

 

  1. Meningkatkan Citra dan Daya Tarik Perusahaan

 

Perusahaan yang berkomitmen membuka peluang bagi beragam penyandang disabilitas menunjukkan nilai keadilan, keberagaman, dan kemanusiaan.

Hal ini memperkuat citra positif di mata publik, pelanggan, serta calon talenta muda yang kini semakin memilih tempat kerja dengan nilai sosial yang kuat.

 

  1. Membangun Tim yang Adaptif dan Tangguh

 

Tim yang terbiasa dengan keberagaman cara bekerja dan kebutuhan akses akan lebih terbuka terhadap perubahan.

Mereka belajar untuk cepat beradaptasi, mendengarkan satu sama lain, dan mencari solusi bersama.

Hasilnya, perusahaan menjadi lebih tangguh menghadapi tantangan bisnis yang dinamis.

 

  1. Menjadi Contoh Nyata Dunia Kerja Inklusif

 

Dengan membuka kesempatan bagi beragam penyandang disabilitas, perusahaan turut berperan sebagai percontohan perusahaan yang inklusi dan mempunyai sistem kerja yang unik.

Langkah ini mendorong organisasi lain untuk ikut membangun ekosistem kerja yang inklusif.



Bagaimana Cara Memulainya?

 

1️⃣ Fokus pada Kompetensi dan Dukungan, Bukan Jenis Disabilitas.

Jangan Alih-alih memikirkan siapa yang “lebih mudah” atau “lebih sulit,” fokuslah pada apa yang bisa mendukung setiap individu bekerja dengan optimal.

Tanyakan: “Dukungan apa yang dibutuhkan agar mereka bisa menunjukkan potensi terbaiknya?”

 

2️⃣ Bangun Budaya Belajar di Tempat Kerja.

Inklusi tidak menuntut kesempurnaan di awal.

Yang terpenting adalah kemauan untuk belajar, berdialog, dan memperbaiki sistem berdasarkan pengalaman nyata di lapangan.

 

3️⃣ Libatkan Komunitas dan Ahli Aksesibilitas.

Organisasi seperti DNetwork dapat membantu perusahaan memahami kebutuhan dan potensi calon karyawan disabilitas, serta memberi panduan agar langkah inklusi berjalan tepat dan berkelanjutan. Jadi bisa mengadakan kerjasama agar bisa 

Mewujudkan inklusi di Perusahaan.

4️⃣ Buka Kesempatan bagi Beragam Jenis Disabilitas.

Jika perusahaan sudah memiliki karyawan dengan satu jenis kebutuhan akses, cobalah memperluas kesempatan berikutnya bagi jenis kebutuhan lainnya.

Semakin beragam pengalaman yang hadir di tempat kerja, semakin kaya nilai inklusi yang tumbuh di dalamnya.

 

Ketika perusahaan membuka ruang bagi keberagaman kebutuhan akses, bukan hanya penyandang disabilitas yang mendapatkan manfaat—seluruh organisasi pun akan bertumbuh menjadi lebih inovatif, empatik, dan siap menghadapi masa depan.

Inklusi bukan tentang siapa yang paling mudah diakomodasi, melainkan tentang bagaimana setiap orang dapat bekerja dengan martabat, dukungan, dan kesempatan yang setara. 🌈

 

Ingin Perusahaanmu lebih Inklusi? Yuk bergabung bersama DNetwork.

Hai Sobat DNetwork! 👋✨

Pernah dengar pepatah “kebaikan selalu kembali berlipat”? Nah, kemungkinan juga hal itu berlaku di dunia kerja, lho!
Khususnya kalau kita bicara soal mempekerjakan penyandang disabilitas.

Mungkin ada perusahaan yang belum paham dan masih mengira ini cuma soal tanggung jawab sosial. Padahal, sebenarnya mempekerjakan Penyandang Disabilitas adalah investasi jangka panjang yang bisa membawa banyak keuntungan bukan hanya untuk perusahaan, tapi juga untuk masyarakat luas. Yuk, kita bahas satu per satu! 💬

 

💡 1. Tim yang Beragam, Solusi yang Lebih Kreatif

Ketika tim diisi oleh orang dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam, termasuk rekan dengan disabilitas, muncullah cara pandang baru yang segar.
Tim akan sering punya strategi unik dalam menyelesaikan masalah, dan itu bisa jadi kunci munculnya inovasi produk dan layanan yang sebelumnya tidak terpikirkan.

 

🤝 2. Layanan Jadi Lebih Inklusif dan Relevan

Dengan mempekerjakan penyandang disabilitas, otomatis perusahaan akan ikut mempelajari dan memahami kebutuhan setiap orang yang beragam.
Hasilnya, bukan cuma lingkungan kerja yang inklusif, tapi juga produk dan layanan perusahaan jadi lebih ramah bagi semua pengguna, baik pelanggan, mitra, maupun masyarakat luas.

 

🌟 3. Reputasi Perusahaan Semakin Naik Kelas

Perusahaan yang membuka kesempatan bagi penyandang disabilitas akan dikenal sebagai organisasi yang beretika dan peduli terhadap kesetaraan.
Ini bukan cuma soal citra baik, tapi juga tentang membangun budaya yang positif dan manusiawi di lingkungan kerja.

 

💬 4. Brand Image yang Kuat di Mata Publik

Perusahaan inklusif punya nilai tambah di mata publik, pemerintah, hingga calon konsumen.
Mereka akan melihat bahwa perusahaanmu punya komitmen nyata terhadap keberagaman dan keadilan sosial, sesuatu yang kini sangat dihargai di dunia bisnis modern.



🏆 5. Peluang Raih Penghargaan dan Sertifikasi

Tahukah kamu? Berdasarkan UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, pemerintah wajib memberikan penghargaan kepada perusahaan yang menerapkan prinsip inklusi.
Jadi, membuka ruang kerja bagi disabilitas juga berarti membuka peluang untuk penghargaan CSR, sertifikasi inklusi, dan pengakuan resmi dari pemerintah bila kedepannya ada regulasi kewajiban memberikan CSR.

 

🚀 6. Inovasi Produk dan Jasa yang Lebih Aksesibel

Karyawan dengan disabilitas sering punya perspektif berbeda yang bisa membantu perusahaan melihat celah pasar baru.
Dari situ, bisa muncul ide untuk menciptakan produk dan layanan yang lebih aksesibel, ramah, dan menjangkau lebih banyak orang.

 

🌈 7. Jadi Perusahaan Percontohan dan Dilirik Banyak Pihak

Langkah kecil menuju inklusi bisa bikin perusahaanmu jadi sorotan positif.
Perusahaan lain, lembaga pemerintah, bahkan investor akan lebih tertarik menjalin kerja sama karena melihat perusahaan sebagai percontohan inklusi yang inspiratif.

 

❤️ 8. Jiwa Inklusi yang Menular ke Kehidupan Sehari-hari

Budaya inklusi yang tumbuh di tempat kerja akan terbawa juga ke kehidupan di luar kantor.
Karyawan jadi lebih terbuka, empatik, dan menghargai perbedaan. hal sederhana yang bisa bikin dunia jadi tempat yang lebih baik. 🌍

Jadi, Sobat DNetwork, mempekerjakan penyandang disabilitas bukan cuma langkah sosial, tapi langkah strategis untuk masa depan.
Perusahaan yang inklusif bukan hanya sukses secara bisnis, tapi juga tumbuh bersama nilai kemanusiaan. 💪

Sudah siap jadi bagian dari perubahan ini? Yuk bergabung bersama DNetwork agar Perusahanmu lebih inklusi.
#KerjaInklusif #InvestasiMasaDepan #DNetwork #DisabilitasBisa