Membangun Dunia Kerja yang Inklusif

Ketenagakerjaan inklusif kini menjadi perhatian utama di Indonesia. Dengan meningkatnya kesadaran dan dukungan kebijakan pemerintah, semakin banyak organisasi yang menyadari bahwa mempekerjakan penyandang disabilitas bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga langkah strategis bisnis.
Tempat kerja yang inklusif menciptakan inovasi, produktivitas, dan rasa kebersamaan yang lebih kuat.

Berikut lima fakta penting tentang bagaimana inklusi disabilitas membentuk masa depan dunia kerja di Indonesia.

1. Kuota 1% untuk Perusahaan Swasta

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, perusahaan swasta dengan lebih dari 100 karyawan wajib menyediakan setidaknya 1% posisi kerja bagi penyandang disabilitas.
Kebijakan ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberagaman dan kesetaraan di tempat kerja.

2. Kuota 2% untuk Instansi Pemerintah dan BUMN

Instansi pemerintah dan BUMN memiliki tanggung jawab lebih besar — mereka wajib membuka minimal 2% formasi pekerjaan bagi penyandang disabilitas.
Kebijakan ini menegaskan bahwa sektor publik harus menjadi teladan dalam mewujudkan dunia kerja yang setara dan inklusif.

3. Karyawan Disabilitas Terbukti Produktif dan Loyal

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa karyawan disabilitas memiliki tingkat produktivitas dan loyalitas yang sama — bahkan lebih tinggi dibandingkan rekan nondisabilitas.
Ketangguhan, etos kerja, dan kemampuan beradaptasi yang kuat menjadikan mereka aset berharga bagi organisasi inklusif.4. Proses Wawancara Bisa Lebih Fleksibel

Inklusi dimulai sejak proses rekrutmen. Wawancara kerja dapat dilakukan dalam berbagai format — tertulis, video, atau dengan pendamping — sebagai bentuk reasonable accommodation.
Fleksibilitas ini memastikan setiap kandidat memiliki kesempatan yang adil untuk menampilkan kemampuan terbaiknya.

5. Karier untuk Semua

Penyandang disabilitas kini memiliki peluang berkarier di berbagai sektor, mulai dari perhotelan dan desain hingga analisis data dan teknologi informasi.
Hal ini membuktikan bahwa kemampuan seseorang tidak ditentukan oleh keterbatasan, melainkan oleh kesempatan yang diberikan.

Menuju Masa Depan yang Lebih Inklusif

Ketenagakerjaan inklusif bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga strategi untuk membangun tempat kerja yang kuat, empatik, dan berkelanjutan.
Dengan memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas, perusahaan dapat meningkatkan inovasi sekaligus memperkuat dampak sosialnya.

Mari bersama-sama menciptakan masa depan di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk tumbuh, berkontribusi, dan berprestasi.

Hai Sobat DNetwork! 👋

Pernah dengar istilah aksesibilitas di tempat kerja? Nah, persoalan aksesibilitas ini bukan cuma soal membangun jalur kursi roda atau menyediakan teknologi bantu, tapi tentang menciptakan lingkungan kerja yang adil, nyaman, dan mendukung semua orang—termasuk pekerja penyandang disabilitas.
Tentunya masih banyak perusahaan yang berpikir kalau menyediakan aksesibilitas itu “ribet” atau “biaya tambahan”. Padahal kenyataannya, ada banyak sekali keuntungan yang bisa dirasakan perusahaan kalau serius menerapkan aksesibilitas. Yuk, kita bahas satu per satu!

✨ 1. Kinerja lebih maksimal
Ketika pekerja penyandang disabilitas diberi akses yang memadai—entah itu teknologi bantu, ruang kerja ramah akses, atau prosedur yang inklusif—mereka bisa menunjukkan performa terbaik. Hasil kerja jadi maksimal dan target perusahaan tetap tercapai. Potensi mereka tidak kalah dengan pekerja lain, hanya perlu akses yang setara.

✨ 2. Tim kerja lebih beragam dan kreatif
Dengan adanya akses, pekerja disabilitas bisa berkontribusi penuh. Artinya, perusahaan punya tim kerja yang lebih beragam, dengan sudut pandang berbeda yang memperkaya ide-ide. Keberagaman ini justru membuat perusahaan lebih adaptif dan inovatif dalam menghadapi tantangan bisnis.

✨ 3. Patuh hukum dan hindari cap diskriminasi
Menyediakan aksesibilitas juga berarti perusahaan mematuhi undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku. Selain itu, perusahaan tidak akan dicap sebagai tempat kerja yang diskriminatif. Jadi, ini bukan hanya langkah etis, tapi juga langkah legal yang tepat.

✨ 4. Reputasi sebagai perusahaan inklusif
Di era sekarang, reputasi sangat penting. Perusahaan yang inklusi punya citra positif di mata publik. Masyarakat, mitra, hingga calon karyawan akan melihat perusahaan tersebut sebagai tempat yang ramah, modern, dan peduli pada keadilan.

✨ 5. Lebih memahami konsumen
Faktanya, penyandang disabilitas juga adalah konsumen, pelanggan, atau bahkan pengguna layanan perusahaan kita. Dengan menyediakan aksesibilitas di internal, perusahaan sekaligus belajar memahami kebutuhan konsumen. Hasilnya, layanan dan produk bisa lebih relevan dan ramah bagi semua kalangan.

✨ 6. Budaya empati dan saling menghargai
Perusahaan inklusi biasanya punya tingkat empati tinggi karena terbiasa menghargai perbedaan. Budaya kerja pun jadi lebih sehat: tim saling mendukung, menghargai, dan loyalitas karyawan meningkat.

Jadi, Sobat DNetwork, menyediakan aksesibilitas itu bukan beban, tapi investasi jangka panjang. Perusahaan yang inklusi akan tumbuh lebih kuat, lebih kreatif, dan punya daya saing tinggi.
👉 Yuk, mulai sekarang kita dukung aksesibilitas di tempat kerja. Karena semua orang berhak punya kesempatan yang sama untuk berkembang.

Mari bergabung bersama DNetwork agar Perusahaan Sobat Inklusi melalui program edukasi dari DNetwork.

 

Hai Sobat DNetwork!

Yuk, Cek! Apakah Rekrutmen di Tempatmu Sudah Bebas dari Diskriminasi terhadap Penyandang Disabilitas?

Inklusi kini jadi topik hangat di dunia kerja. Banyak perusahaan sudah mulai membuka peluang bagi penyandang disabilitas. Tapi… sudahkah proses rekrutmen yang kita lakukan benar-benar inklusif dan adil?

Tanpa disadari, ada praktik-praktik yang ternyata masih menyulitkan bahkan mendiskriminasi pelamar kerja penyandang disabilitas.

Semoga hal tersebut tidak terjadi di Perusahaan sobat. Melalui Artikel ini –kita akan sharing khususnya kepada sobat yang bekerja di bidang SDM, rekrutmen, atau manajemen perusahaan agar lebih memahami bentuk-bentuk diskriminasi yang sering terjadi, sekaligus bagaimana cara memperbaikinya.

Lalu apa saja distriminatif yang sering terjadi?

1. Informasi Lowongan Tidak Aksesibel

Ketika mengakses konten lowongan, Penyandang disabilitas sering kesulitan mengakses informasi lowongan tersebut karena kontennya tidak dirancang untuk semua orang.
Misalnya:

  • Teks hanya berupa gambar yang tidak bisa dibaca oleh pembaca layar
  • Tidak ada subtitle atau transkrip untuk video lowongan
  • Situs rekrutmen sulit diakses oleh pengguna alat bantu mobilitas atau pengguna keyboard saja

Akibatnya, banyak calon kandidat tidak bisa mengakses informasi dasar tentang pekerjaan yang mereka minati.

  • Solusi yang dapat sobat lakukan:
    Pastikan format konten bisa diakses oleh Penyandang Disabilitas dengan teknologi bantu yang mereka gunakan
  • Gunakan bahasa yang jelas dan tidak bertele-tele
  • Sediakan deskripsi alternatif untuk gambar dan teks transkrip untuk video/audio
  • Yang paling penting sobat bisa diskusikan dengan Penyandang Disabilitas dan mencobakan konten lowongan yang akan di share untuk memastikan informasi tersebut bisa diakses

2. Lowongan Hanya Terbuka untuk Disabilitas Tertentu

Kadang ada konten lowongan yang menyertakan Kalimat seperti “hanya untuk disabilitas Fisik ringan” atau “tidak menerima pelamar Tuli” adalah bentuk eksklusi yang bisa menutup peluang orang-orang yang sebenarnya mampu dan cocok dengan posisi tersebut.

Setiap individu memiliki kombinasi kemampuan unik. Jenis disabilitas tidak otomatis menentukan apakah seseorang mampu atau tidak menjalankan pekerjaan tertentu.

Solusi:

  • Fokus pada tugas dan tanggung jawab pekerjaan, bukan pada batasan jenis disabilitas
  • Gunakan kalimat seperti: “Terbuka untuk semua pelamar, termasuk penyandang disabilitas. Akomodasi akan disediakan jika diperlukan.”
  • Kita bisa Diskusi dengan Penyandang Disabilitas atau Komunitas Disabilitas untuk lis skill dan pekerjaan yang bisa dilakukan oleh setiap ragam Disabilitas

3. Menyortir Kandidat Berdasarkan Tingkat Disabilitas (Sebelum Wawancara)

Kadang ada proses seleksi menyortir kandidat hanya dari informasi disabilitas di CV atau form aplikasi. Misalnya, kandidat dianggap "tidak layak" hanya karena menggunakan kursi roda, memiliki hambatan pendengaran, atau hambatan bicara, tanpa melihat keahlian dan pengalaman kerjanya.

Ini bentuk diskriminasi berdasarkan asumsi, bukan penilaian objektif.

Solusi:

  • Nilai pelamar berdasarkan kompetensi dan pengalaman kerja
  • Wawancarai terlebih dahulu sebelum menarik kesimpulan
  • Berikan tes keterampilan untuk mengukur kemampuan, bukan sekadar melihat kondisi

4. Tidak Memberikan Kesempatan untuk Diskusi Akomodasi

Kadang tidak terfikir untuk membuka ruang dialog soal kebutuhan akomodasi. Sering kali asumsi langsung menganggap proses rekrutmen “sulit” bila pelamar menyandang disabilitas. Padahal banyak penyandang disabilitas tahu persis apa yang mereka butuhkan, dan solusinya seringkali sederhana!

Contoh: Teman Tuli mungkin hanya butuh media tulisan saat wawancara. Atau seseorang dengan disabilitas Fisik mungkin hanya butuh ruangan yang bisa diakses kursi roda.

Solusi:

  • Tanyakan sejak awal: “Apakah ada dukungan atau penyesuaian yang kami bisa sediakan?”
  • Libatkan pelamar dalam percakapan terkait kebutuhan mereka
  • Jadikan akomodasi sebagai bagian dari proses, bukan pengecualian

5. Memberikan Alasan Penolakan karena Disabilitas

Saat ini Masih banyak pelamar Disabilitas yang mendapat penolakan dengan alasan seperti:
"Karena kondisi disabilitas Anda, kami tidak dapat melanjutkan proses."
Ini bentuk diskriminasi eksplisit yang tidak dibenarkan dan bertentangan dengan prinsip kesetaraan.

Penolakan seharusnya berdasarkan hasil tes atau kecocokan kompetensi, bukan kondisi pribadi.

Solusi:

  • Berikan alasan objektif jika pelamar tidak lolos
  • Hindari menyebut disabilitas sebagai penyebab utama penolakan
  • Gunakan bahasa yang sopan dan membangun

Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan Perusahaan Mulai dari Sekarang?

  • Audit ulang proses rekrutmen: dari konten, format, hingga cara komunikasi
  • Latih tim HR tentang inklusi dan bias tidak sadar (unconscious bias.
  • Pastikan semua kandidat bisa mengakses informasi dan proses seleksi
  • Bangun budaya kerja yang mendukung keberagaman dan keterbukaan
  • Libatkan penyandang disabilitas dalam merancang proses yang lebih adil


Yuk, pastikan proses rekrutmen yang kamu jalankan tidak menutup peluang siapa pun hanya karena mereka berbeda.

Karena dunia kerja yang sehat dan kuat dibangun oleh keberagaman kemampuan, perspektif, dan latar belakang.

Agar Rekrutmen di Prusahaan sobat inklusi, yuk bergabung bersama DNetwork untuk mengikuti program edukasi kami.

 

Mewujudkan lingkungan kerja yang inklusif bagi penyandang disabilitas bukan hanya tentang menyediakan fasilitas tambahan, melainkan memahami secara menyeluruh kebutuhan mereka yang beragam dan spesifik. Akomodasi yang efektif tidak hanya berdampak pada kenyamanan kerja, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan loyalitas karyawan.

Berikut ini adalah strategi komprehensif yang dapat diterapkan perusahaan dalam mengimplementasikan akomodasi kerja yang layak bagi penyandang disabilitas:

1. Memahami Kerangka Regulasi sebagai Dasar Tindakan

Langkah pertama adalah memahami regulasi yang menjadi dasar hukum dan etika. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas serta ketentuan dari Kementerian Ketenagakerjaan mengatur kewajiban pemberi kerja dalam menyediakan akomodasi yang layak. Ini mencakup aksesibilitas fisik, informasi, serta penyesuaian proses kerja yang wajar. Regulasi ini menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan internal perusahaan.

2. Meningkatkan Literasi tentang Ragam Disabilitas dan Implikasinya di Dunia Kerja

Setiap jenis disabilitas memiliki kebutuhan yang berbeda. Pemahaman terhadap hal ini menjadi kunci dalam menyediakan akomodasi yang tepat. Beberapa contoh kebutuhan spesifik antara lain:

  • Disabilitas netra: memerlukan screen reader, dokumen atau aplikasi dalam format aksesibel, dan penanda fisik seperti guiding block.

  • Disabilitas daksa: membutuhkan meja kerja yang dapat diatur, ramp, dan akses lift yang ramah pengguna kursi roda.

  • Disabilitas Tuli: membutuhkan juru bahasa isyarat, teks tertulis, atau simbol visual lainnya untuk mendukung komunikasi.

  • Disabilitas intelektual dan psikososial: membutuhkan komunikasi yang jelas, struktur kerja yang stabil, serta dukungan sosial dari rekan kerja.

Pengetahuan ini mencegah pendekatan akomodasi yang bersifat generik dan memastikan solusi yang diberikan benar-benar relevan.

3. Melakukan Pendekatan Komunikatif dengan Karyawan Disabilitas

Alih-alih berasumsi, ajak karyawan dengan disabilitas berdialog secara terbuka mengenai kebutuhan mereka. Komunikasi yang aktif dan rutin akan membangun kepercayaan serta menciptakan lingkungan kerja yang responsif. Pengalaman dan perspektif langsung dari karyawan sangat berharga dalam merancang solusi akomodasi yang efektif.

4. Melakukan Asesmen Kebutuhan Akses secara Individual dan Terstruktur

Kebutuhan setiap individu tidak bisa disamakan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan asesmen kebutuhan secara personal, melalui:

  • Wawancara individual

  • Survei internal

  • Observasi langsung di lingkungan kerja

Hasil asesmen harus dicatat dan dianalisis agar menjadi dasar dalam merancang akomodasi yang tepat sasaran dan berkelanjutan.

5. Berinvestasi pada Pelatihan Inklusi bagi Tim HR dan Manajemen

Pelatihan dan workshop tentang inklusi disabilitas perlu diberikan kepada tim HR dan manajemen. Topik seperti rekrutmen inklusif, cara memberikan umpan balik yang sensitif, serta membangun lingkungan kerja yang mendukung keberagaman akan memperkuat budaya organisasi yang adaptif dan tidak diskriminatif.

6. Melakukan Uji Coba dan Validasi Akomodasi

Sebelum akomodasi diterapkan secara luas, lakukan uji coba bersama karyawan yang membutuhkannya. Mintalah umpan balik langsung untuk menilai apakah fasilitas atau alat bantu yang disediakan benar-benar efektif.

Misalnya, sebuah aplikasi internal yang dianggap telah aksesibel, ternyata belum dapat digunakan dengan nyaman oleh pengguna screen reader karena kendala teknis. Uji coba seperti ini mencegah pemborosan anggaran dan memastikan efektivitas akomodasi.

7. Melakukan Evaluasi dan Penyesuaian Secara Berkala

Kebutuhan karyawan dapat berubah seiring waktu—baik karena perkembangan teknologi, perubahan peran, maupun kondisi kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi akomodasi secara berkala (misalnya setiap enam bulan), dan melibatkan karyawan dalam proses evaluasi tersebut.

Akomodasi kerja bukan sekadar fasilitas tambahan, tetapi representasi dari prinsip keadilan dan kesetaraan akses di tempat kerja. Perusahaan yang mengimplementasikan akomodasi secara tepat tidak hanya memenuhi kewajiban hukum, tetapi juga menunjukkan kepemimpinan dalam membangun budaya kerja yang inklusif, inovatif, dan sejahtera.

Mari bergabung bersama DNetwork dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas, melalui program edukasi dan pendampingan dalam penerapan akomodasi kerja yang layak.

Bersama, kita wujudkan dunia kerja yang setara, adaptif, dan inklusif.

#InklusiDiTempatKerja #StrategiAkomodasi #DisabilityInclusion #DNetworkUntukPerusahaan

Apakah kamu pernah diberikan pertanyaan "Apa yang kamu inginkan dari bekerja di perusahaan ini?" saat wawancara pekerjaan?

Apakah kamu tipe orang yang hanya menjawab "Gaji"?

Jangan lupa, kamu juga bisa menjawab hal-hal ini selain "Gaji".

1. Pengalaman.
Kamu bisa memberikan pengalaman kamu dari tempat kerja sebelumnya yang sesuai dengan tugas kamu di perusahaan yang sedang kamu lamar. Selain itu kamu juga bisa mendapat pengalaman baru dari tempat kerja yang sedang kamu lamar.

2. Relasi atau Koneksi.
Kamu bisa menawarkan untuk menghubungkan orang-orang yang kamu tau ke perusahaan yang sedang kamu lamar, selain menambah hubungan baru dengan orang-orang baru.

3. Sudut Pandang.
Ingat, cara kamu berpikir atau melihat sesuatu itu berbeda dengan orang lain. Jadi, sudut pandang bisa kamu tawarkan, karena sudut pandang yang beragam sangat diperlukan terutama untuk memberikan ide kreatif saat bekerja dalam kelompok.

Karya oleh Asep Yusuf

 

Dalam sebuah kesempatan saya menghadiri sebuah acara seminar "Penguatan Mental Disabilitas" yang digagas oleh sebuah Non Governmental Organization (NGO) yang konsern pada isu tentang disabilitas.

Saat itu saya sangat merasa beruntung karena diacara tersebut saya banyak tau tentang apa saja "Kegelisahan " yang seringkali dihadapi oleh disabilitas dalam kehidupan baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Berikut ini adalah hal paling dasar yang berhasil dirangkum dari kegelisahan teman Penyandang Disabilitas adalah rindu akan terciptanya kesetaraan. Hal ini yang sangat ingin dicari solusinya. 

 

Lantas bagaimana, apakah mungkin ada solusinya atau hanya akan terus menjadi mimpi tanpa akhir?

Diskriminasi dan kesetaraan mungkin jadi isu yang akan terus bergulir, terus dibahas dan terus dicari solusinya dari berbagai aspek, menurut masing-masing orang berdasarkan pengalamannya masing-masing dan tentu solusinya menjadi sangat bersifat subjektif.

Namun ada point penting yang saya dapatkan dari seminar yang saya ikuti kali ini, dimana semua pembicara pada akhirnya menemukan titik pijakan yang sama sebagai solusi terbaik untuk  kegelisahan di atas.

 

Solusinya adalah memperkuat mental dan memandang perbedaan fisik sebagai hal yang biasa (berdamai dengan diri sendiri)

Mental yang kuat adalah tonggak awal kita mampu melakukan banyak hal dalam kehidupan, dengan mental yang kuat apapun tantangan yang di hadapi dalam hidup pasti akan mampu dilalui.

Saya teringat pengalaman dari seorang teman Penyandang Spinal Cord Injury (cedera saraf tulang belakang) bernama Yessi, akibat sebuah kecelakaan, menjadikan Yessi kehilangan kemampuan untuk berjalan, dan menjadikanya harus melalui hidup dengan menggunakan kursi roda.

Pada awalnya mungkin Yessi berfikir seperti halnya disabilitas lain, bahwa kini semua harapan dalam hidupnya hilang, sebelum pada akhirnya berkat support dari keluarga dan lingkungan menjadikan dia memperoleh pencerahan, Yessi mulai berfikir "Saya harus bangkit, harus berhasil dan mampu mengisi hidup, mempergunakan  usia yang diberikan Tuhan untuk membuat sesuatu yang bernilai." Akhirnya dengan perjalanan waktu Yessi berhasil menjadi pengusaha makanan dengan merk Kukebi, saat ini Yessi menjadi sosok inspirasif bagi banyak orang, khususnya menjadi role model di antara teman disabilitas untuk bermental kuat.

 

Banyak dari kita kagum melihat prestasi dan kemampuan orang lain yang berhasil dalam hidupnya, tanpa mengetahui apa yang membuatnya berhasil.

Yang Yessi lakukan, keberhasilan yang dia raih saat ini adalah sebuah contoh konkret bahwa mental yang kuat menjadikan seseorang mampu melakukan banyak hal dan menjadikannya  setara, bahkan melebihi apa yang mampu dicapai orang lain.

Point kedua, memandang perbedaan fisik sebagai hal yang biasa atau mampu berdamai dengan diri juga adalah solusi.

Ada orang terlahir dengan warna kulit berbeda, bentuk wajah berbeda, tinggi badan berbeda, dan tentu hal itu kita anggap sebagai hal yang lumrah saja. Kemudian mengapa saat kita terlahir menjadi disabilitas atau karena sebuah peristiwa, kemudian kita menjadi seorang Penyandang Disabilitas menjadikan kita merasa berbeda? Padahal memang manusia sejatinya secara fisik pasti berbeda.

 

Manusia dibekali Tuhan dengan banyak kemampuan, yang kadang melebihi kemampuan fisiknya.

Bukankah Steven Hawking seorang ilmuwan kelas dunia, pun juga adalah seorang disabilitas? Bukankah Mozart yang terkenal sebagai komposer kelas dunia juga adalah seorang disabilitas?

Apa yang membuat mereka mampu membuat sesuatu yang Fenomenal melebihi kemampuan fisiknya?

Jawabannya karena mereka tau, ada banyak potensi di dirinya yang bisa membuat mereka sukses, mereka selalu berfikir "Tak ada yang berbeda dari diri ku, yang membedakan aku dan kamu hanyalah dari apa yang mampu ku buat dalam hidup."

Dari dua contoh di atas nyatalah bahwa mental yang kuat, dan kemampuan berdamai dengan diri adalah tonggak kesetaraan.

Setidaknya kita sendiri mampu menciptakan kesetaraan di titik paling awal yaitu kesetaraan yang kita ciptakan untuk diri sendiri, sehingga pada akhirnya kita akan mampu mandiri, dan tak akan ada lagi yang berkata, "Mengapa saya berbeda?".

Pernah ga sih sobat ingin bekerja secara fleksibel? Ketika sobat ingin mengatur waktu sesuai dengan keinginan sobat tanpa mengganggu aktivitas sobat yang lain? Jika pernah yuk baca tips bekerja secara mandiri dari DNetwork.

Bekerja secara mandiri bukan berarti sobat bekerja seenaknya atau semaunya, sobat tetap bisa bekerja sepanjang waktu atau terlebih ketika menjadi kayawan dari sebuah perusahaan. 

Berikut 4 tips yang sobat DNetwork bisa coba:

  1. Kenyamanan tempat kerja. Tempat kerja yang rapi akan lebih enak untuk dipandang. Hal ini akan menimbulkan kenyamanan saat bekerja. Resik adalah menjaga kebersihan, tempat kerja yang bersih juga menunjang untuk kesehatan, banyak debu di tempat kerja bisa membuat kita sakit, rawatlah tempat kerja Anda, Ganti atau perbaiki hal-hal yang telah usang atau rusak, merawat tempat kerja menandakan kita mencintai pekerjaan kita.
  2. Menentukan waktu bekerja seefektif mungkin. Menentukan waktu kerja adalah sesuatu yang penting agar kita mengetahui seberapa lama kita perlu bekerja. Dengan menentuka waktu kerja yang cukup, kita tidak akan terburu-buru dalam bekerja.  Menentukan waktu kerja bisa membuat kita menjadi lebih menikmati kerja.
  3. Komunikasi yang efektif antar kolega. Bekerja dalam suatu perusahaan membutuhkan banyak peran, maka dari itu sobat DNetwork harus menyadari bahwa kehadiran kolega adalah tidak lain dan tidak bukan untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan perusahaan. Berkomunikasi secara efektif yang bertujuan untuk saling membantu menyelesaikan pekerjaan adalah kunci.
  4. Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Memahami dan mengerti akan pekerjaan yang dilakukan dan perlu diselesaikan mejadi bagian penting dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Dengan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, sobat akan tidak tergantung dan menggantungkan diri kepada pekerjaan kolega sobat.

Jika sobat masih merasa kewalahan untuk bekerja secara mandiri dikarenakan hal-hal di luar kendali terjadi, mungkin sobat bisa mempertimbangkan untuk bekerja secara mandiri dengan tidak terikat dengan perusahaan. Sobat bisa mempertimbangkan untuk menjadi pengusaha dengan mempertimbangkan kenyamanan dan kondisi sobat. 

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ‘Job Shifting’ atau merubah pekerjaan dari karyawan menjadi pengusaha, hal-hal apa saja yang sobat ingin ketahui tentang dunia kewirausahaan, bisa ikuti kegiatan DNetwork ‘Ready to Work - Kewirausahaan Hijau’ yang dilaksanakan oleh DNetwork - Jaringan Kerja Disabilitas yang berkolaborasi dengan Plan Indonesia. Untuk link pendaftaran silakan klik bit.ly/DaftarWirausahaHijau 

Semoga tips di atas bermanfaat, ya!

Hai Sobat DNetwork!

Pernah ga sobat di sini merasa bingung ketika sudah menjalani fase interview oleh perusahaan atau pernah dihubungi perusahaan, eh ternyata gagal mendapatkan pekerjaan impian? Atau ketika sobat sudah diterima bekerja tetapi lingkungan kerja sinis atau bahkan acuh? Mungkin salah satu sebabnya adalah sobat tidak antusias ketika diberi pertanyaan atau tantangan oleh perusahaan. Padahal, antusiasme itu sangat penting untuk menunjukkan diri bahwa sobat sangat tertarik dan juga bersemangat untuk menjadi bagian dari perusahaan tersebut.

Bersemangat dan energik dalam menjawab pertanyaan yang diberikan perusahaan merupakan kunci untuk menarik hati perusahaan itu sendiri. Perusahaan akan mengetahui mana calon pelamar yang antusias dan mana yang tidak. Antusiasme yang sobat miliki menunjukkan apakah sobat serius ingin bekerja di sana. Tunjukkan dengan jelas bahwa sobat berkapasitas untuk bekerja di perusahaan tersebut karena antusiasme adalah kunci kesuksesan!

Untuk menguji apakah sobat antusias dalam mencari kerja, apakah sobat sudah sesuai dengan komponen berikut?

  1. Memiliki inisiatif
    Pertama, karyawan yang antusias dalam bekerja bisa dikenali dari tanda yaitu memiliki insiatif. Inisiatif memang sesuatu yang bisa membuat segalanya bergerak cepat untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Hal ini sangat disukai perusahaan karena membuktikan bahwa sobat dapat secara kreatif bekerja.
  2. Memiliki integritas
    Integritas membuktian bahwa sobat dapat menyelesaikan pekerjaan dan dapat diandalkan. Sobat semua tidak pernah melalaikan pekerjaan dan membawa hasil terbaik dar setiap pekerjaan yang ditugaskan.
  3. Tidak menyukai drama
    Karyawan yang antusias adalah mereka sangat tidak menyukai drama. Dalam bekerja orang-orang yang antusias berprinsip bahwa meyelesaikan tugas-tugasnya adalah hal yang paling penting dan utama. Mungkin mereka mau bersosialisasi dengan sesama rekan kerja, tapi ketika muncul drama, mereka akan menghindar dan tak mau ikut-ikutan.
  4. Aktif mengikuti kegiatan kantor
    Bagi karyawan yang punya antusiame, agenda lain di luar rutinitas tak kalah pentingnya dengan pekerjaan utama yang harus diikuti dan dijalankan. karyawan yang antusias memiliki sebuah pedoman bahwa perusahaan menjadi tempat pengabdian dalam hidupnya ketika mereka diterima bekerja. Maka saat perusahaan meminta dirinya untuk mengikuti agenda kantor di luar pekerjaan utama, maka mereka akan selalu siap sedia untuk menjalankannya. Karyawan antusias yang seperti ini merupakan aset berharga bagi setiap perusahaan yang tidak boleh disepelekan.
  5. Selalu menunjukkan hasil yang baik
    Terakhir, tanda karyawan yang anatusias dalam pekerjaan di sebuah perusahaan bisa dikenali dari seringnya mereka menunjukkan hasil terbaik. Dengan gairah dan semangat yang dimilikinya, seorang karyawan yang antusias pastinya akan selalu berusaha memberikan hal terbaik yang dimilikinya. Dari segala apa yang dilakukannya dengan penuh semangat inilah maka hasilnya pun akan selalu memuaskan.

Jika sobat belum memenuhi lima komponen di atas jangan khawatir, mulai sekarang sobat DNetwork bisa belajar dan berubah menjadi lebih baik. Tetap semangat!


Sumber:
https://uangonline.com