Mewujudkan lingkungan kerja yang inklusif bagi penyandang disabilitas bukan hanya tentang menyediakan fasilitas tambahan, melainkan memahami secara menyeluruh kebutuhan mereka yang beragam dan spesifik. Akomodasi yang efektif tidak hanya berdampak pada kenyamanan kerja, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan loyalitas karyawan.

Berikut ini adalah strategi komprehensif yang dapat diterapkan perusahaan dalam mengimplementasikan akomodasi kerja yang layak bagi penyandang disabilitas:

1. Memahami Kerangka Regulasi sebagai Dasar Tindakan

Langkah pertama adalah memahami regulasi yang menjadi dasar hukum dan etika. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas serta ketentuan dari Kementerian Ketenagakerjaan mengatur kewajiban pemberi kerja dalam menyediakan akomodasi yang layak. Ini mencakup aksesibilitas fisik, informasi, serta penyesuaian proses kerja yang wajar. Regulasi ini menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan internal perusahaan.

2. Meningkatkan Literasi tentang Ragam Disabilitas dan Implikasinya di Dunia Kerja

Setiap jenis disabilitas memiliki kebutuhan yang berbeda. Pemahaman terhadap hal ini menjadi kunci dalam menyediakan akomodasi yang tepat. Beberapa contoh kebutuhan spesifik antara lain:

  • Disabilitas netra: memerlukan screen reader, dokumen atau aplikasi dalam format aksesibel, dan penanda fisik seperti guiding block.

  • Disabilitas daksa: membutuhkan meja kerja yang dapat diatur, ramp, dan akses lift yang ramah pengguna kursi roda.

  • Disabilitas Tuli: membutuhkan juru bahasa isyarat, teks tertulis, atau simbol visual lainnya untuk mendukung komunikasi.

  • Disabilitas intelektual dan psikososial: membutuhkan komunikasi yang jelas, struktur kerja yang stabil, serta dukungan sosial dari rekan kerja.

Pengetahuan ini mencegah pendekatan akomodasi yang bersifat generik dan memastikan solusi yang diberikan benar-benar relevan.

3. Melakukan Pendekatan Komunikatif dengan Karyawan Disabilitas

Alih-alih berasumsi, ajak karyawan dengan disabilitas berdialog secara terbuka mengenai kebutuhan mereka. Komunikasi yang aktif dan rutin akan membangun kepercayaan serta menciptakan lingkungan kerja yang responsif. Pengalaman dan perspektif langsung dari karyawan sangat berharga dalam merancang solusi akomodasi yang efektif.

4. Melakukan Asesmen Kebutuhan Akses secara Individual dan Terstruktur

Kebutuhan setiap individu tidak bisa disamakan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan asesmen kebutuhan secara personal, melalui:

  • Wawancara individual

  • Survei internal

  • Observasi langsung di lingkungan kerja

Hasil asesmen harus dicatat dan dianalisis agar menjadi dasar dalam merancang akomodasi yang tepat sasaran dan berkelanjutan.

5. Berinvestasi pada Pelatihan Inklusi bagi Tim HR dan Manajemen

Pelatihan dan workshop tentang inklusi disabilitas perlu diberikan kepada tim HR dan manajemen. Topik seperti rekrutmen inklusif, cara memberikan umpan balik yang sensitif, serta membangun lingkungan kerja yang mendukung keberagaman akan memperkuat budaya organisasi yang adaptif dan tidak diskriminatif.

6. Melakukan Uji Coba dan Validasi Akomodasi

Sebelum akomodasi diterapkan secara luas, lakukan uji coba bersama karyawan yang membutuhkannya. Mintalah umpan balik langsung untuk menilai apakah fasilitas atau alat bantu yang disediakan benar-benar efektif.

Misalnya, sebuah aplikasi internal yang dianggap telah aksesibel, ternyata belum dapat digunakan dengan nyaman oleh pengguna screen reader karena kendala teknis. Uji coba seperti ini mencegah pemborosan anggaran dan memastikan efektivitas akomodasi.

7. Melakukan Evaluasi dan Penyesuaian Secara Berkala

Kebutuhan karyawan dapat berubah seiring waktu—baik karena perkembangan teknologi, perubahan peran, maupun kondisi kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi akomodasi secara berkala (misalnya setiap enam bulan), dan melibatkan karyawan dalam proses evaluasi tersebut.

Akomodasi kerja bukan sekadar fasilitas tambahan, tetapi representasi dari prinsip keadilan dan kesetaraan akses di tempat kerja. Perusahaan yang mengimplementasikan akomodasi secara tepat tidak hanya memenuhi kewajiban hukum, tetapi juga menunjukkan kepemimpinan dalam membangun budaya kerja yang inklusif, inovatif, dan sejahtera.

Mari bergabung bersama DNetwork dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas, melalui program edukasi dan pendampingan dalam penerapan akomodasi kerja yang layak.

Bersama, kita wujudkan dunia kerja yang setara, adaptif, dan inklusif.

#InklusiDiTempatKerja #StrategiAkomodasi #DisabilityInclusion #DNetworkUntukPerusahaan

🌟 Hai Sobat DNetwork!

Apakah kamu sedang mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja? Kalau iya, ada dua bekal penting yang wajib kamu kuasai—terutama sebagai penyandang disabilitas. Dua bekal itu adalah hard skill dan soft skill. Mungkin kamu sudah pernah mendengarnya, tapi apakah kamu benar-benar memahami apa arti keduanya dan mengapa keduanya penting?

Mari kita bahas bersama.

Mengenal Hard Skill dan Soft Skill

Hard skill adalah kemampuan teknis yang bisa kamu pelajari melalui pelatihan, kursus, sekolah, atau pengalaman langsung. Hard skill biasanya berkaitan langsung dengan pekerjaan tertentu dan dapat diukur atau dibuktikan secara nyata. Misalnya, kemampuan mengetik cepat dan akurat, mengoperasikan komputer, menjahit, melakukan servis barang elektronik, desain grafis, akuntansi, hingga coding.

Dengan kata lain, hard skill adalah bukti bahwa kamu memiliki kompetensi teknis yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas tertentu di tempat kerja.

Sementara itu, soft skill adalah kemampuan non-teknis yang berkaitan dengan bagaimana kamu bersikap, berpikir, dan berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan ini mencakup cara kamu berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, bersikap disiplin, berpikir positif, serta ketangguhan mental dalam menghadapi tekanan atau tantangan.

Berbeda dengan hard skill yang bisa diukur, soft skill lebih sulit dilihat secara langsung, tapi sangat terasa dampaknya dalam kehidupan kerja. Soft skill membuat kamu bisa bertumbuh, menyesuaikan diri, dan bekerja sama secara efektif dalam lingkungan kerja.

Mengapa Keduanya Penting?

Memiliki hard skill saja tidak cukup. Banyak orang memiliki keahlian teknis yang luar biasa, tetapi kesulitan berkembang karena tidak mampu bekerja sama, kurang percaya diri, atau tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Sebaliknya, memiliki soft skill saja juga belum cukup jika kamu belum memiliki keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan tertentu.

Inilah mengapa keseimbangan antara hard skill dan soft skill sangat penting. Keduanya saling melengkapi dan akan membentuk dirimu menjadi pribadi yang siap kerja dan siap berkembang. Hard skill membuatmu kompeten, dan soft skill membuatmu adaptif.

Belajar Teori Saja Tidak Cukup

Sebagai penyandang disabilitas, memahami teori saja tidak akan cukup. Kamu juga perlu mengalami langsung dunia kerja, karena banyak hal yang hanya bisa dipelajari melalui praktik. Ketika kamu masuk ke lingkungan kerja, kamu akan menghadapi berbagai situasi nyata yang mungkin belum pernah kamu alami sebelumnya.

Di tempat kerja, kamu bisa belajar mengatasi rasa minder. Jika selama ini kamu hanya berinteraksi dalam lingkungan sesama disabilitas—misalnya di sekolah atau komunitas—maka kamu mungkin akan merasa canggung atau kurang percaya diri saat memasuki dunia kerja. Dengan mengalami lingkungan kerja secara langsung, kamu akan terbiasa dan lebih kuat secara mental.

Selain itu, kamu akan belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan rekan kerja atau atasan. Komunikasi di tempat kerja seringkali berbeda dibandingkan di lingkungan sosial biasa. Kamu akan belajar menjadi lebih profesional, menghargai waktu dan struktur, serta memahami budaya kerja.

Kamu juga akan menghadapi tantangan nyata—yang tidak bisa kamu dapatkan hanya dari simulasi atau pelatihan. Tantangan-tantangan inilah yang akan membentuk daya juang dan kemampuan beradaptasi. Dan kadang, dari proses itulah kamu justru menemukan potensi dirimu yang selama ini tersembunyi.

Mulai dari Langkah Kecil

Setelah memahami pentingnya keterampilan dan pengalaman langsung, kini saatnya melangkah maju. Kamu bisa mulai dengan mengikuti pelatihan kerja yang sesuai dengan minat dan bakatmu. Saat kamu memilih pelatihan yang sejalan dengan apa yang kamu sukai, proses belajar akan terasa menyenangkan dan lebih relevan. Entah itu teknologi, pelayanan pelanggan, kerajinan, atau seni, semua bisa menjadi awal dari jalan kariermu.

Selanjutnya, ambillah kesempatan magang, meskipun hanya sebentar. Magang adalah pintu masuk ke dunia profesional yang sesungguhnya. Kamu bisa mengenal ritme kerja, belajar tanggung jawab, dan berlatih bersosialisasi dengan rekan kerja dalam suasana yang sesungguhnya. Pengalaman ini akan sangat berharga, bahkan jika kamu masih dalam tahap belajar.

Kamu juga bisa mulai terlibat dalam komunitas dan jaringan profesional. Komunitas seperti DNetwork bukan hanya tempat berbagi informasi, tapi juga tempat bertumbuh bersama. Kamu bisa belajar dari mereka yang sudah lebih dulu menapaki jalan ini, menemukan mentor, atau bahkan mendapatkan informasi lowongan kerja dan pelatihan.

Yang paling penting, jangan menunggu sempurna untuk mulai. Bangun kariermu dari sekarang. Coba pekerjaan freelance, ikut proyek kecil, atau bantu kegiatan di komunitas. Jangan takut gagal, karena kegagalan bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses pembelajaran.

Kamu Tidak Sendirian

DNetwork hadir untuk mendampingi setiap langkahmu. Kami percaya bahwa setiap penyandang disabilitas punya potensi untuk sukses, asalkan diberi kesempatan dan dukungan yang tepat. Dunia kerja yang inklusif adalah hak kita bersama.

📲 Temukan pelatihan, magang, dan informasi kerja terbaru di DNetwork.
💡 Mulailah dari yang kecil, dan percayalah bahwa setiap langkahmu berarti.

#DNetwork #DisabilitasBisaKerja #HardSkillSoftSkill #KarierInklusif #PelatihanDisabilitas #MagangDisabilitas #PeluangUntukSemua #InklusiItuNyata

Hai Sobat DNetwork!
Proses wawancara kerja yang inklusif bukan hanya soal menerima pelamar dari berbagai latar belakang, tapi juga memastikan setiap tahapnya adil dan aksesibel bagi penyandang disabilitas. Yuk, simak 6 tips berikut untuk menciptakan wawancara yang ramah dan setara:

1️⃣ Pahami Disabilitas dan Kebutuhan Aksesnya
Sebelum wawancara, cari tahu jenis disabilitas pelamar agar bisa menyesuaikan kebutuhan mereka — seperti akses kursi roda, pendamping, atau alat bantu komunikasi. Jika belum tahu, jangan ragu untuk bertanya langsung kepada pelamar.

2️⃣ Utamakan Kemampuan, Bukan Kondisi Fisik
Fokuslah pada kompetensi, pengalaman, dan potensi kerja pelamar. Jangan menilai berdasarkan kondisi fisiknya. Penyandang disabilitas memiliki kapasitas yang setara dengan pelamar lainnya jika diberi kesempatan yang adil.

3️⃣ Gunakan Media Komunikasi yang Aksesibel
Pastikan undangan wawancara dikirim melalui platform yang mudah diakses, dengan bahasa yang jelas dan tidak bertele-tele. Ini penting bagi pelamar dengan hambatan kognitif, sensorik, atau netra.

4️⃣ Siapkan Lokasi dan Fasilitas yang Ramah Akses
Tempat wawancara sebaiknya bebas hambatan — misalnya tanpa tangga, ada jalur kursi roda, guiding block, atau ruangan yang mudah dijangkau. Sediakan pendamping atau penerjemah jika dibutuhkan, terutama bagi pelamar Tuli atau Netra.

5️⃣ Diskusikan Secara Terbuka Jika Ada Kekhawatiran
Jika ada keraguan tentang bagaimana pelamar akan bekerja, bicarakan langsung dalam wawancara. Ini memberi kesempatan bagi pelamar untuk menjelaskan cara kerja mereka dan dukungan yang biasa mereka gunakan.

6️⃣ Uji Kemampuan Secara Langsung Jika Perlu
Bila masih ragu, berikan tes kerja singkat yang relevan untuk melihat langsung kemampuan pelamar. Pastikan tes tersebut juga bisa diakses dengan teknologi bantu jika diperlukan.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, proses wawancara kerja bisa menjadi lebih inklusif, adil, dan menghargai keberagaman.
Butuh dukungan lebih lanjut? Yuk, konsultasi dengan DNetwork! 💙

 

Halo sobat DNetwork!

Wawancara kerja itu penting. Bisa jadi penentu kamu diterima kerja atau tidak.

CV dan surat lamaran memang penting. Tapi, cara kamu menjawab saat wawancara juga sangat penting. Di wawancara, perusahaan ingin tahu:

  • Siapa kamu?

  • Bisa komunikasi atau tidak?

  • Siap kerja atau belum?

Untuk teman disabilitas, wawancara bisa terasa sulit. Tapi jangan takut. Kalau kamu siap dan percaya diri, kamu bisa!

Berikut tips wawancara kerja yang mudah dipahami:


1. Ikut Pelatihan Wawancara

Ikut pelatihan bisa bantu kamu lebih siap. Banyak pelatihan untuk disabilitas, termasuk dari DNetwork. Di pelatihan, kamu bisa belajar:

  • Cara jawab pertanyaan

  • Latihan percaya diri

  • Simulasi wawancara


2. Latihan Jawab Pertanyaan

Beberapa pertanyaan sering ditanya saat wawancara. Contoh:

  • “Ceritakan tentang diri kamu.”

  • “Apa kelebihan dan kekurangan kamu?”

  • “Kenapa ingin kerja di sini?”

Latihan jawab ini agar kamu tidak bingung. Jawab singkat, jelas, dan yakin.


3. Pakai Baju Rapi

Penampilan itu penting. Pakai baju formal dan bersih. Ini tanda kamu serius dan menghargai wawancara.


4. Percaya Diri

Saat wawancara, coba tetap tenang. Kalau gugup, tarik napas dalam-dalam. Ingat: kamu juga menilai perusahaan, bukan hanya mereka menilai kamu.


5. Fokus pada Kemampuan

Kamu disabilitas? Tidak apa-apa! Jangan minder. Yang penting:

  • Kamu punya kemampuan

  • Kamu punya semangat kerja

  • Kamu bisa kontribusi

Bicarakan keahlian, bukan kondisi.


6. Ceritakan Pengalaman

Gunakan waktu wawancara untuk cerita:

  • Kamu pernah kerja di mana?

  • Ikut pelatihan apa?

  • Pernah buat proyek apa?

Cerita ini bisa bantu HRD melihat kemampuan kamu.


7. Jelaskan Cara Kamu Bekerja

Kalau HRD belum tahu disabilitas kamu, tidak apa-apa, kamu bisa jelaskan:

  • Kamu kerja seperti apa?

  • Kamu pakai alat bantu apa? (misalnya: screen reader, tongkat, kursi roda)

Ini penting agar perusahaan tahu cara mendukung kamu.


Kesimpulan

Wawancara kerja bisa sulit. Tapi ini juga kesempatan. Tunjukkan:

  • Kamu siap

  • Kamu percaya diri

  • Kamu punya kemampuan

Kamu punya potensi besar. Jangan takut! Terus belajar dan ambil peluang yang ada.


Gabung DNetwork yuk!
DNetwork punya program:

  • Pelatihan wawancara

  • Konsultasi CV

  • Info lowongan kerja untuk disabilitas


Kalau kamu mau, aku juga bisa bantu bikin versi video dengan subtitle sederhana atau bahasa isyarat. Mau dicoba?

Hai Sobat DNetwork!

Pernah ga sobat di sini merasa bingung ketika sudah menjalani fase interview oleh perusahaan atau pernah dihubungi perusahaan, eh ternyata gagal mendapatkan pekerjaan impian? Atau ketika sobat sudah diterima bekerja tetapi lingkungan kerja sinis atau bahkan acuh? Mungkin salah satu sebabnya adalah sobat tidak antusias ketika diberi pertanyaan atau tantangan oleh perusahaan. Padahal, antusiasme itu sangat penting untuk menunjukkan diri bahwa sobat sangat tertarik dan juga bersemangat untuk menjadi bagian dari perusahaan tersebut.

Bersemangat dan energik dalam menjawab pertanyaan yang diberikan perusahaan merupakan kunci untuk menarik hati perusahaan itu sendiri. Perusahaan akan mengetahui mana calon pelamar yang antusias dan mana yang tidak. Antusiasme yang sobat miliki menunjukkan apakah sobat serius ingin bekerja di sana. Tunjukkan dengan jelas bahwa sobat berkapasitas untuk bekerja di perusahaan tersebut karena antusiasme adalah kunci kesuksesan!

Untuk menguji apakah sobat antusias dalam mencari kerja, apakah sobat sudah sesuai dengan komponen berikut?

  1. Memiliki inisiatif
    Pertama, karyawan yang antusias dalam bekerja bisa dikenali dari tanda yaitu memiliki insiatif. Inisiatif memang sesuatu yang bisa membuat segalanya bergerak cepat untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Hal ini sangat disukai perusahaan karena membuktikan bahwa sobat dapat secara kreatif bekerja.
  2. Memiliki integritas
    Integritas membuktian bahwa sobat dapat menyelesaikan pekerjaan dan dapat diandalkan. Sobat semua tidak pernah melalaikan pekerjaan dan membawa hasil terbaik dar setiap pekerjaan yang ditugaskan.
  3. Tidak menyukai drama
    Karyawan yang antusias adalah mereka sangat tidak menyukai drama. Dalam bekerja orang-orang yang antusias berprinsip bahwa meyelesaikan tugas-tugasnya adalah hal yang paling penting dan utama. Mungkin mereka mau bersosialisasi dengan sesama rekan kerja, tapi ketika muncul drama, mereka akan menghindar dan tak mau ikut-ikutan.
  4. Aktif mengikuti kegiatan kantor
    Bagi karyawan yang punya antusiame, agenda lain di luar rutinitas tak kalah pentingnya dengan pekerjaan utama yang harus diikuti dan dijalankan. karyawan yang antusias memiliki sebuah pedoman bahwa perusahaan menjadi tempat pengabdian dalam hidupnya ketika mereka diterima bekerja. Maka saat perusahaan meminta dirinya untuk mengikuti agenda kantor di luar pekerjaan utama, maka mereka akan selalu siap sedia untuk menjalankannya. Karyawan antusias yang seperti ini merupakan aset berharga bagi setiap perusahaan yang tidak boleh disepelekan.
  5. Selalu menunjukkan hasil yang baik
    Terakhir, tanda karyawan yang anatusias dalam pekerjaan di sebuah perusahaan bisa dikenali dari seringnya mereka menunjukkan hasil terbaik. Dengan gairah dan semangat yang dimilikinya, seorang karyawan yang antusias pastinya akan selalu berusaha memberikan hal terbaik yang dimilikinya. Dari segala apa yang dilakukannya dengan penuh semangat inilah maka hasilnya pun akan selalu memuaskan.

Jika sobat belum memenuhi lima komponen di atas jangan khawatir, mulai sekarang sobat DNetwork bisa belajar dan berubah menjadi lebih baik. Tetap semangat!


Sumber:
https://uangonline.com

Perusahaan kamu pengen rekrut tenaga kerja disabilitas, tapi bingung harus mulai dari mana? Kebingungan ini bisa dibilang wajar banget sih, apalagi sektor ketenagakerjaan bagi Penyandang Disabilitas sangat minim dibahas. Sekalinya dibahas, jarang banget yang kasih tau langkah-langkah untuk memulai merekrut tenaga kerja disabilitas.

 

Nah, di sini DNetwork kasih tau 4 langkah awal sebelum memulai perekrutan ya!

 

Pertama, kamu bisa mulai dari cari tau peraturan yang ada di Indonesia ya. Contohnya UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas atau bisa cek juga Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) milik United Nations.

 

Kedua, kamu bisa cek ulang deskripsi pekerjaan untuk tenaga kerja disabilitas, biar ga banyak pembatasan yang engga perlu. Karena hal ini justru bisa menurunkan kesempatan temen-temen disabilitas untuk bisa diterima bekerja.

 

 Ketiga, kamu harus mengerti kalo akomodasi itu pasti dibutuhkan. Akomodasi sendiri merupakan kunci non-diskriminasi yang diperlukan agar tenaga kerja dengan disabilitas bisa bekerja dengan baik ya. Jadi kebutuhan terhadap akomodasi merupakan hal yang wajar ya!

 

Terakhir, kerja sama dengan organisasi disabilitas, contohnya DNetwork! Kami selalu siap untuk bantu perusahaan  kamu merekrut talent dengan disabilitas. Mulai dari konsultasi, membuat desain lowongan dan mengiklankan lowongannya, memberikan pendampingan saat interview, termasuk training nilai-nilai disabilitas dan inklusi biar perusahaan kamu lebih siap!

Ketika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan disabilitas, terutama di tempat kerja, kamu pasti sering mendengar kata akomodasi. Akomodasi di sini bukannya penginapan atau tempat tinggal seperti ketika kamu sedang liburan ke luar kota ya!

 

Kata akomodasi digunakan untuk menjelaskan perubahan lingkungan, format kurikulum, atau peralatan yang diperlukan oleh individu dengan disabilitas untuk dapat menyelesaikan tugasnya.

 

Untuk di tempat kerja, akomodasi merupakan proses penyesuaian yang dimulai dari proses aplikasi atau rekrutment, sistem pekerjaan, bagaimana pekerjaan dapat diselesaikan, hingga penyesuaian lingkungan agar individu dengan disabilitas dapat bekerja dengan baik.

 

Menurut Office of Disability Rights, akomodasi dapat digolongkan sebagai berikut:

  • Tanpa Teknologi

Akomodasi ini hanya memerlukan sedikit biaya atau bahkan tidak sama sekali. Hanya diperlukan waktu, dukungan, dan kreativitas dalam menyediakan akomodasi ini.

Contohnya:

Penggunaan sistem kode warna, tambahan waktu bagi individual untuk persiapan, dan lain-lain.

 

  • Rendah Teknologi

Teknologi yang digunakan pada jenis akomodasi ini cenderung simpel dan sudah banyak tersedia.

Contohnya:

Mengganti gagang pintu dengan yang lebih aksesibel bagi individu dengan disabilitas.

 

  • Tinggi Teknologi

Akomodasi dalam jenis ini memerlukan teknologi tingkat lanjut atau peralatan-peralatan yang lebih canggih.

Contohnya:

Aplikasi pembaca layar.

 

Sumber:

Reasonable Accommodations in the Workplace

https://adata.org/factsheet/reasonable-accommodations-workplace

Types of Reasonable Accommodation by the Office of Disability Rights

https://odr.dc.gov/book/manual-accommodating-employees-disabilities/types-reasonable-accommodation

What is the difference between accommodation and modification for a student with a disability? by The DO-IT Center

https://www.washington.edu/doit/what-difference-between-accommodation-and-modification-student-disability#block-menu-block-3

MOHAMMAD MUHSIN, PENGUSAHA SABLON DIFABEL DARI KEDIRI

Oleh : Yeni Endah

 

Mohammad Muhsin terlahir sempurna seperti bayi pada umumnya. Namun saat usianya 3 tahun dirinya mengalami demam tinggi yang menyebabkan kelumpuhan pada kedua kakinya. Meski memiliki keterbatasan fisik tak membuat Muhsin begitu ia akrab disapa menyerah dan putus asa. Bermula dari melihat teman-temannya di  Panti Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (PRSBD) Suryatama Bangil belajar membuat sablon, ia tertarik untuk belajar bersama. 

 

“Dulu saya di PRSBD Suryatama mengambil  elektro, sablonnya cuma lihat-lihat. Prakteknya pas sudah pulang. Selebihnya ilmu tentang sablon saya dapat dari pengalaman dan sharing-sharing sesama teman pengusaha sablon.” Muhsin mengawali cerita melalui sambungan telepon WhatsApp.

 

Setelah merasa cukup mendapat ilmu tentang dunia persablonan, di tahun 2006 pria yang saat ini tinggal di Kediri ini memulai membuka usaha sablonnya dengan nama Sumber Sablon. Saat itu, modal yang ia keluarkan sekitar Rp. 400.000. Dengan modal tersebut, ia membeli peralatan sablon seperti screen sablon, rakel dan cat sablon.

 

Awal menjalankan bisnis sablon, pelanggannya adalah teman-temannya sendiri. Pelanggan pertamanya adalah teman sesama difabel dari Mojokerto. Saat itu, Muhsin mengakui hasil sablonannya belum begitu rapi. Ia bersyukur, temannya mau menggunakan jasanya dan memaklumi jika hasil sablonannya kurang rapi karena masih pemula. Hal tersebut membuat Muhsin semakin bersemangat untuk meningkatkan kemampuannya. Masukan-masukan dari pelanggan, ia jadikan perbaikan agar bisnisnya semakin berkembang. Promosi usaha sablonnya pun masih dari mulut ke mulut.

 

Seiring berjalannya waktu, Muhsin mulai menjalin relasi dengan sesama pebisnis sablon. Melalui komunitas sablon, dimana ia menjadi salah satu anggotanya, Muhsin mendapat banyak ilmu, ia jadi tahu cat-cat yang bagus untuk sablon serta perlengkapan sablon yang berkualitas. Pengalamannya bertambah dan jalinan pertemanannya semakin luas. Bahkan dari komunitas tersebut ia mendapatkan job. Baik job yang ia dapatkan dari usahanya sendiri maupun job dari sesama pebisnis sablon yang kewalahan untuk menerima orderan dan memintanya untuk mengerjakan pesanan tersebut. 

 

Tahun berganti, usaha sablon yang Muhsin jalankan mengalami perkembangan. Yang awalnya mengerjakan sendiri, perlahan mulai merekrut pegawai. Muhsin merekrut teman-temannya yang sedang butuh pekerjaan untuk bergabung dengan usaha sablon miliknya. Muhsin juga tak pelit ilmu. Pintu rumahnya selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar bersama dan memiliki niat untuk menjalankan bisnis sablon. Salah seorang temannya, Yayan yang juga seorang difabel, kini telah membuka usaha serupa. Bahkan tak jarang antara Muhsin dan Yayan saling berbagi orderan. Selain usaha sablon, Muhsin mengembangkan bisnisnya dengan membuka usaha konveksi. Bukannya tanpa alasan ia membuka usaha konveksi. 

 

“Saat memasukkan orderan ke konveksi seringkali tidak tepat waktu. Tentu hal tersebut akan mengecewakan para pelanggan." 

 

Saat ini, Muhsin sudah memiliki 3 mesin obras, 2 mesin overdeck, 1 mesin jahit rantai, 1 mesin jahit jarum, 1 mesin kancing, 1 mesin jahit portable dan 1 mesin jahit sepatu untuk menunjang usaha sablonnya. Tak hanya itu saja, Muhsin juga berinovasi. Jika dulu ia menyablon kaos, kini dirinya menerima orderan sablon gelas cup. Bahkan di tengah aktivitasnya menyablon, Muhsin juga sedang membuat mesin sablon gelas cup sendiri.

 

Virus Covid-19 yang melanda Indonesia di tahun 2020, juga  berimbas pada bisnis Sumber Sablon milik Muhsin. Pegawai yang ia miliki satu persatu mengundurkan diri karena sepi orderan. Jikapun ada, itu juga tidak banyak dan Muhsin lebih memilih untuk mengerjakannya sendiri dengan dibantu keluarganya. 

 

Agar bisnis sablonnya tetap bisa bertahan di tengah pandemi. Muhsin tak berdiam diri. Ia melakukan sistem jemput bola dengan menghubungi teman-temannya. Siapa tahu ada temannya yang bersedia berbagi orderan sablon dengan dirinya. Usahanya tersebut tak selalu berhasil, tapi yang terpenting dirinya sudah berusaha.

 

Muhsin berharap usaha sablon tetap bertahan, meski ada banyak kendala yang dihadapi.

 

“Semoga saya bisa segera menemukan tim kerja yang semisi dalam menjalankan usaha sablon ini untuk meminimalisir konflik yang bisa terjadi di kemudian hari. Saya juga ingin mempunyai tim khusus promosi sehingga saya bisa fokus dalam menjalankan bisnis,” pungkas Mohammad Muhsin.

 

SELESAI